Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial - rizkimegasaputra.com
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial

 



FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT MOBILITAS SOSIAL

 

1)    FAKTOR PENDORONG

Berikut ini beberapa faktor pendorong terjadinya Mobilitas Sosial di masyarakat yaitu :

 

1.    Faktor Struktural

1.1.   Struktur Pekerjaan

Umumnya, aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam lingkungan masyarakat dibedakan menjadi dua sektor, yakni sektor formal dan sektor informal. Adanya perbedaan tersebut jelas mempengaruhi tingkat “keberhasilan” mobilitas sosial masyarakat yang terlibat.

 

Terutama pada sektor pertanian, anggota masyarakat yang terlibat lebih banyak memiliki status kedudukan rendah, sehingga tingkat mobilitasnya juga akan rendah.

 

Namun, hal tersebut tidak lantas membuat mereka “gagal” dalam upaya mobilitas sosial. Justru saat ini sudah banyak anggota masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan berhasil melakukan mobilitas sosial, baik secara horizontal maupun vertikal.

 

 

1.2.   Pengalaman Belajar

Anggota masyarakat yang berasal dari kelas sosial menengah, umumnya memiliki pengalaman belajar yang lebih terjamin daripada pengalaman belajar yang dimiliki oleh anggota masyarakat dari kelas sosial rendah.

 

Apalagi, adanya pandangan bahwa ijazah, test, rekomendasi, hingga jaringan hubungan antar teman dapat menjadi tempat bertukar informasi disertai dengan rekomendasi yang menyangkut pada kesempatan kerja. Hal tersebut menyulitkan bagi orang-orang luar untuk “menerobosnya”, sehingga akan menimbulkan diskriminasi.

 

 

2.    Faktor Individu


 

Beberapa hal yaitu

a.    Perbedaan Kemampuan

b.    Perbedaan Perilaku

c.     Pendidikan

d.    Kebiasaan Kerja

e.     Pola Penundaan Kesenangan

f.     Kemampuan Cara Bermain

g.     Pola Kesenjangan Nilai

h.    Faktor Keberuntungan

 

3.    Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi menjadi hal utama untuk mendorong terjadinya mobilitas sosial, terutama pada individu atau kelompok individu yang hidup dalam keadaan ekonomi rendah. Ketika mereka “memberanikan diri” untuk berpindah tempat ke daerah lain dan berhasil naik statusnya meskipun tidak terlalu meningkat, itu dapat disebut sebagai mobilitas.

Contoh :Pelaksanaan Transmigrasi yang dilakukan oleh Pemerintah

 

 

4.    Faktor Politik

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik. Kondisi negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950. Pada masa tersebut, situasi politik dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan  juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.



Gambar Situasi perang zaman revolusi kemerdekaan.

 

5.    Kemudahan dalam Akses Pendidikan

Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.



2)    FAKTOR PENGHAMBAT

1.    Perubahan Situasi Politik

Perubahan situasi politik yang terjadi di suatu negara pada dasarnya dapat menjadi bentuk dukungan rakyat terhadap struktur pemerintah yang baru tersebut. Nah, melalui dukungan-dukungan tersebut, maka seorang individu juga memiliki keinginan untuk mengembangkan “usahanya” supaya dapat melakukan mobilitas sosial.

 

2.    Perubahan Sosial Budaya

Dalam kehidupan bermasyarakat, baik di perkotaan atau pedesaan, pasti akan senantiasa terjadi perubahan, baik dalam struktur sosial, interaksi sosial, hingga sistem tata nilai yang berlaku. Perubahan-perubahan tersebut nantinya dapat mendorong individu melakukan penyesuaian terhadap tuntutan perubahan tersebut, sehingga secara tidak sadar akan menimbulkan keinginan untuk melakukan social climbing.

 

Ingat, social climbing adalah perpindahan status sosial anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi.  Tidak hanya itu, kemajuan teknologi dan perubahan ideologi juga membuka kemungkinan akan timbulnya mobilitas ke arah atas serta “menciptakan” stratifikasi baru yang berkembang di masyarakat.

 

 

3.    Perubahan Ekonomi

Situasi ekonomi yang berjalan di suatu masyarakat, tentu saja memberikan dorongan kepada individu atau sekelompok individu untuk meningkatkan status sosial mereka. Apalagi jika situasi ekonomi pada kala itu membaik dan membuat mereka berhasil dalam menjalankan berbagai macam usaha.

 

4.    Faktor Kemiskinan

Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit.

Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai status sosial tertentu.



Ilustrasi https://i0.wp.com/sosialisalternatif.org/wp-content/uploads/2016/02/orang-miskin.jpg?fit=458%2C640&ssl=1

 

 

5.    Faktor Perbedaan Ras dan Agama

Mobilitas sosial dapat terhambat karena faktor ras dan agama. Perbedaan ras menimbulkan perbedaan status sosial. Berikut ini beberapa contohnya.

 

1.    Perbedaan tingkat ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan. Ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam berada di pemerintahan sebagai penguasa. Presiden Nelson Mandela dari kalangan kulit hitam menjadi Presiden Afrika Selatan. Istilah tersebut sering disebut politik Apartheid

 

2.    Sistem kasta di India. Sistem tersebut tidak memungkinkan seseorang yang berasal dari kasta rendah dapat naik ke kasta yang paling tinggi. Dalam agama, seseorang tidak dibenarkan dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah agama untuk mencapai status tertentu.

 



https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-tipe-sistem-stratifikasi-sosial

 

6.    Faktor Perbedaan Jenis Kelamin

 

Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Laki-laki  dipandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mudah mengalami gerak sosial daripada Perempuan . Sebagai contoh, Perempuan  yang hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Hal itu dipengaruhi oleh pandangan yang umum ada pada masyarakatnya yang menganggap bahwa laki-laki lebih baik daripada Perempuan .

Contoh sederhana dalam lingkungan sekolah yang bisa dipilih untuk menjadi ketua adalah seorang laki-laki seperti ketua kelas, ketua OSIS dan sebagainya. Kemudian sekretaris harus dari Perempuan .


 

7.    Perbedaan Kepentingan

Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam suatu organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu. perbedaan kepentingan seringkali menimbulkan sikap saling menghambat dalam mencapai tujuannya.

Posting Komentar untuk "Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial"